Monday, June 22, 2015

BELAJAR MENGHARGAI ALAM DI SUKU TERDALAM - BADUY

       Sebenernya saya cuma niat menyelamatkan foto-foto perjalanan saya supaya gak kehapus gitu aja dari laptop saya yang sudah sepuh. heheehe... Maklum laptop ini sudah sering mati sendiri dan takut semua data yg disimpan hilang gitu aja. Beruntung situs ini memfasilitasi upload foto sekaligus bisa cerita-cerita sedikit tentang sejarah dibalik foto-foto yang saya ambil. Makasi blogger.com :) 
       Kepergian saya ke Suku Baduy Dalam sebenernya sudah cukup lama. Sekitar tiga tahun yang lalu. Waktu itu saya diajak oleh salah satu teman saya yang kuliah di UNPAD, namanya Aiya. Aiya juga kebetulan diajak temennya yang sengaja open trip ke tempat ini. Namanya kak Riri. Kak Riri adalah salah satu member dari JAPECOM (Jejak Petualang Community). Saya pikir di trip ini ada salah satu host Jejak Petualang yang bakal ikut. Ah ternyata engga... :p 
       Ini dia foto foto yang saya ambil. Gak banyak. Karna sebagian foto sudah hilang dimakan virus. hiks... hiks... sebagian foto-foto ini juga hasil jepretannya Aiya. Ohya di Baduy Dalam kita dilarang ambil gambar. Karena mereka sangat menentang yang namanya alat alat eletronik. Mereka sangat membumi. Tumbuhan, hewan dan manusia sangat berhubungan baik. Terbukti dari terjaganya sungai, tumbuhan, dan lingkungan disini. 


foto sama Aiya dikereta menuju Rangkasbitung 

welcome to Ciboleger 

Briefing dulu  

she's our leader, Ka Riri

Jejak Petualang Community 

WELCOME TO BADUY 









       Tidak ada ranting pohon yang ditebang sembarangan. Kayu yang dipakai untuk mereka masak diambil kumpulakan dari ranting ranting mati yang sudah jatuh dengan sendirinya dari pohon. Kulit mereka bersih walau tak ada sabun mandi, ataupun handbody lotion apalagi sampo, atau detergen. Air sungainya jernih bisa langsung diminum. Udarannya sejuk, tidak ada asap dari knalpot kendaraan atau karbon dioksida yang dihasilkan dari AC. Orang-orangnya gak ada yang buncit. Mereka semua berberat badan ideal. Mereka tidak kenal pizza, ramen, atau waffle. Mereka warga suku Baduy Dalam.















       Bisa mengunjungi salah satu etnik budaya Indonesia seperti Baduy merupakan kebanggan tersendiri buat saya. Rasa kagum saya terutama pada kerukunan mereka terhadap alam yang sangat patut dicontoh setiap manusia. Mereka terisolir, tetapi mereka mandiri dan makmur. Kalau dibandingkan dengan kita yang sudah maju rasanya malu. Baduy, kamu seperti negara didalam negara. :)